Monday, April 9, 2007

Produktivitas TKI dengan AMT

I. PENDAHULUAN.

Goldsman Sachs dalam Global Economic paper no.99 oktober 2003 telah memprediksi tingkat Gross Domestic Product China dan India mencapai diurutan pertama dan ketiga, sedangkan AS dan Jepang diurutan kedua dan ke-empat dunia. Keterbatasan Sumber Daya Alam (SDA) dan padatnya jumlah penduduk tidak merupakan beban kebangkitan ekonomi didukung oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bagi pertumbuhan ekonomi. Keterbukaan bagi perdagangan dunia dan masuknya investasi asing diselenggarakan tanpa meninggalkan kepentingan nasional, berkat hasil akal budi tingkat SDM terbesar miliknya.

Menurut Konichi Ohmae, neraca pembayaran dan perdagangan antar Negara ekonomi global harus seimbang. Kebangkitan ekonomi berartti membuka peluang bagi pasokan hasil olahan sector ekstratif dari Negara-negara sekitar. Peluang tersebut dapat menyerap tenaga kerja, analog dengan pengalaman Jepang di era- 80an. Relokasi UKM (Usaha Kecil Menengah) Jepang ke Indonesia tidak disikapi dengan baik. Akibat dari ketidak pedulian elite group. Perekonomian Indonesia saat itu diwarnai oleh “ersatz capitalism” yang menurut Kunio Yoshihara adalah merupakan kolusi kekuasaan sosial ekonomi elite group bersama TNC (Trans-National Company) dan MNE (Multi-National Enterprise) yang didukung oleh sistem politik status-quo (KKN). Policy “trickling down” ternyata tidak membawa perubahan terhadap struktur ekonomi.

Menurut Vakotish jumlah pengangguran dan terakumulasinya angkatan kerja disektor informal adalah akibat ketidakmampuan pekerja dan grass-roots berbicara ditingkat nasional. Identik dengan ketidakmampuan swasta nasional berbicara dipentas global. Dalam era reformasi perekonomian Indonesia pasca krisis, semakin terpuruk ditandai dengan membengkaknya jumlah pengangguran.

Sesungguhnya reformasi adalah penyesuaian terhadap nilai-nilai tatanan barat kondisionalitas global. Pandangan hidup didasarkan kepada landasan berpikir yang empirik rasional (hipotesa). Landasan berpikir tersebut semakin sempit, netral dan terukur, yang akhirnya cenderung membenarkan paham individualistik. Ketidakpedulian telah melahirkan perilaku instan dan simplisistik dalam mengejar kehidupan materinya. Tanpa disadari pandangan ini telah terekam dibawah sadar dan tersosialisasi melalui pendidikan. Mengedepankan segi-segi kognitif ketimbang akal budi yang dapat menciptakan lapangan kerja, semakin mahal dan menghasilkan lulusan Intelektuil pengangguran.

Tidak urung perilaku tersebut melanda seluruh kehidupan di masyarakat. Menyadari akan hal ini para pelatih CTKI yang tergabung dalam Asosiasi Pelatihan dan Kursus Indonesia (AIPKI) selain akan meningkatkan dirinya juga sekaligus bermaksud untuk mensosialisasikan upaya memotivasi kepedulian seluruh komponen masyarakat terhadap upaya MENINGKATKAN KWALITAS TKI MENUJU SDM WIRASWASTA MERAIH PELUANG USAHA.






II. PENINGKATAN KWALITAS SDM TKI DENGAN PENDIDIKAN ALTERNATIF.

Segersang apapun SDA, hampir semua manusia dapat hidup berkat akal budinya. Pendidikan adalah merupakan upaya budaya untuk melestarikan akal budi yang dapat menciptakan lapangan kerja. Tidak dapat disangka lagi kebangkitan ekonomi china dan India berhasil mengeliminir cacat-cacat tatanan barat melalui pendidikan, Menurut Oded Shenkar dalam bukunya The Chinese Century dan Manju Karla Prakash tentang super power India dibidang IT, seluruh lulusan didikan luar negeri berhasil diserap dilapangan kerja yang telah dipersiapkan. Penerapannya dengan memodifikasi temuan-temuan bangsanya dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja bawahannya.

Menurut Natalis Pigay dalam bukunya “ Migration of International Manpower” kwalitas pekerja dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan latihan Kompetensi Profesi. Keberhasilan bekerja di luar negeri adalah bekal pengalaman bekerja dalam menciptakan lapangan kerja yang dapat menyerap pengangguran dinegaranya.

Tidak demikian di Indonesia. Lulusan pendidikan dalam dan luar negeri tidak tepat dibidang studynya, bekerja diluar bidangnya dan bahkan menjadi pengangguran terselubung (undisguised employment). Demikian pula kwalitas tenaga kerja yang ditempatkan diluar negeri sangat rendah dibandingkan dengan Negara-negara lain. Ditandai dengan TKI yang berulang kali bekerja di luar Negeri tanpa dapat menciptakan usaha di dalam Negeri setelah pulang.

Nilai-nilai tatanan barat yang digeneralisir universal (konditionalitas global) ternyata tidak serta merta berjalan mulus. Para Elite Group tidak dapat menkonvergensi perbedaan yang bersifat alami melainkan justru mempertajam kearah konflik. Seyogyanya cacat-cacat tatanan barat dapat dieliminir dengan mentransedentalkan nilai-nilai yang bersifat isoterik. Gejala alam berikut segenap unsur-unsurnya termasuk manusia didalamnya yang saling terkait,tergantung, yang terjalin dalam tatanan kesatuan keseimbangan dan keselarasan ditempatkan sebagai landasan berpikir. Kemajemukan adalah anugerah untuk saling berlomba dalam berbuat kebajikan, nilai-nilai isoterik alat untuk berpikir. Dengan landasan dalam berpikir ini kiranya segala permasalahan, yang dihadapi berikut alternative penyelesainnya dapat dikembangkan bersama-sama tanpa meninggalkan kepentingan nasionalnya.


Sebagai alternatif pendidikan yang mahal dapat dikembangkan pendidikan learning by doing (magang), self learning (autodidak), dan mutual learning (didik-mendidik) namun untuk mewujudkannya dituntut kepedulian seluruh komponen masyarakat, pemerintah dan stakeholder lainnya. Kepedulian tersebut dapat diselenggarakan dengan membongkar rekaman bawah sadarnya yang telah membenarkan nilai-nilai kebenaran diluar jati dirinya. Salah satu methode membongkar rekaman bawah sadar ini dapat dilakukan dengan menggunakan methode psikologi terapan untuk menumbuhkan kesadaran dan merubah mind-set dari cacat-cacat akan nilainya selama ini.




III. APLIKASI PSIKOLOGI TERAPAN DI KEGIATAN TKI.

Hampir seluruh kegiatan penyelenggaraan TKI terlanda perilaku negative. Ketidakpedulian Naker, persaingan yang tidak sehat antar lembaga terkait (PPTKIS,BLK-LN,LSP), recruiting CTKI oleh sponsor tanpa bekal informasi yang lengkap, Instruktur BLK-LN yang tidak berbasis Standar Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), formalitas sertifikasi sekedar pelengkap proses, dokumen penunjang keimigrasian yang cacat administrasi, pungli sejak proses penempatan sampai kepulangan pasca bekerja. Keseluruhan menggambarkan perilaku negatif yang telah terkristal dan terekam di bawah sadar menghambat produktivitas TKI dan merosotkan akal budi manusia. Dalam ranah studi psikologi, teori yang menyangkut perilaku sangat banyak. David Mclelland mengkaitkan motivasi dengan proses belajar dan pendidikan hasil kebudayaan masyarakat. Paradigma pengetahuan sudah bergeser dari netral menuju keterkaitan antara unsur disekitar. Pendekatan IQ dan EQ tidak lagi digunakan Adversity Quotient (AQ) telah dikembangkan sebagai ukuran yang dapat melesatkan motivasi agar hambatan menjadi peluang. Pengembangan-nya dalam Psikologi Terapan yang disebut sebagai Achievement Motivation Training (AMT) digunakan untuk membongkar perilaku positif kearah tujuan tertentu. Keberhasilan AMT ditentukan oleh tujuan kemana sasaran yang hendak dicapai. Pernah berkembang pada era 80-an. Akan tetapi ketidakadaan sarana dan prasaran kegiatan AMT telah jarang ditemukan di pelatihan-pelatihan kini, psikologi terapan tersebut semakin menyentuh keterkaitan manusia dengan unsure-unsur alam lingkungannya (outbond training). Seyogyanya AMT diaplikasikan selain membangun kesadaran juga merubah mind-set agar dapat bekerjasama mengatasi masalah-masalah penganggguran.

Kebersamaan berbeda dengan individualistik dan juga bukan berarti artikulasi akan diri terabaikan. Anggota tim AMT dengan sendirinya dapat menentukan posisi dengan kemampuan masing-masing. Untuk itu AMT kiranya dapat mempertemukan kehidupan dua sisi yang berbeda dalam keselarasan dan saling peduli.

Masyarakat pedesaan yang bercirikan primordial tradisional berhadapan dengan cirri-ciri modernisasi masyarakat perkotaan. Titik temu keduany untuk saling memberikan informasi dalam rangka penciptaan lapang kerja baru. Hal tersebut menyangkut kesadaran wiraswata dan perubahan mind-set untuk mengembangkan SDA sendiri disekitar ekstraktif dari Infant menjadi Home Base Industry. Apapun bentuk landasan berpikir tatanan barat yang diaplikasikan tidak dapat merubah perilaku negative manusia. Hanya dengan keseluruhan interaksi antara sesama dengan lingkungan pemukiman perilaku positif dapat dikembangkan terus-menerus. Mengacu kepada paradigma transedental seyogyanya kegiatan AMT dengan tujuan diatas ditempatkan dilokasi pemukiman pekerja yang mandiri disekitar lokasi Industri. Kemandirian adalah kemampuan membiayai keperluannya sendiri (self reliance) untuk menyerap langsung kegiatan ekstraktif sektor pertanian desa. AMT sebagai Human Resources centre (HRC) akan menlibatkan seluruh komponen penanganan TKI (TKI pasca bekerja, terkena PHK, dan Out sourcing) diarahkan menjadi wiraswasta Usaha Kecil Menengah (UKM). Lingkungan pemukiman pekerja mandiri adalah ujung tombak kegiatan informal tenaga kerja pedesaan menjadi kegiatan formal, awal dari produktivitas TKI. Konvensional bernjak dari desa kearah tingkat kwalitas SDM yang komprehensif dan kompetitif. Dengan AMT metode psikologi terapan yang dapat menyadarkan sekaligus merubah mind-set agar produktivitas TKI juga dapat ditingkatkan.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

AMT adalah aplikasi Achievement motivation yang dapat merubah mind-set dan kesadaran untuk berperilaku dalam kerjasama tim. Keberhasilannya ditentukan oleh tujuan dan arah dari AMT. untuk ini AMT seyogyanya ditujukan untuk kegiatan penanganan TKI dalam rangka mengatasi pengangguran.

Setelah perilaku positif dapat dibongkar kiranya perlu dimantapkan terus menerus kedalam lingkungan pekerja sekitar Industri. Keselarasan tatanan lingkungan pemukiman dengan unsur-unsurnya yang saling terkait, tergantung dan terjalin dapat merupakan ujung tombak kegiatan pekerja informal yang berasal dari desa menjadi kegiatan formal.

Untuk mengawali kiranya usaha percontohan AMT perlu disosialisasi untuk lebih mendorong kepedulian komponen masyarakat dalam rangka mengatasi pengangguran bersama-sama.




Jakarta, 09 April 2007

ANDY SHABET
KETUA UMUM
DPP AIPKI

No comments: