Sunday, January 13, 2008

Balai Latihan TKI ke Timteng Mayoritas Berkategori Buruk

Kamis, 10/01/2008

JAKARTA(SINDO) – Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLKLN) yang masuk kategori buruk didominasi untuk penempatan ke negara Timur Tengah (Timteng). Buktinya,dari 17 BLKLN yangburuk, sebanyak 13 untuk penempatan Timteng dan sisanya ke Asia Pacific (Aspac).
”Kami akan memberikan waktu dari awal kepada BLKLN tersebut untuk memperbaiki diri selama enam bulan. Jika setelah enam bulan tidak ditindaklanjuti, BLKLN tersebut tidak lagi boleh melatih para calon TKI,”ujar Ketua Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) Jumhur Hidayat di Jakarta, kemarin. Ke 14 BLKLN,enam BLKLN terletak di DKI Jakarta.

Mereka adalah, Yayasan Bina Setia, Marba Safar Intisari,Amanah Putra Pratama, Era Sutra Alam,Sabika Arabindo, Dwi Citra Putra Mandiri. BLKLN buruk yang terletak di Jawa Barat, seperti Marcoria Putra,Reksatama Prasada, Graha Indohiwana, Inti Jafarindo,Jauhara Perdana Satu, Barkahayu Safarindo,Timur raya Jaya lestari.
Sementara, empat BLKLN yang dikategorikan buruk dalam mengirimkan TKI ke Aspac,yakni dua BLKLN di DKI Jakarta, yaitu Yayasan Pelita karya Abadi dan Tifar Admanco. Dua BLKLN lainnya yang berada di Jabar,yakni Yayasan Kurnia Bhakti Insani dan Total Data Persada.

Jumhur menekankan,berbagai masalah TKI di luar negeri banyak disebabkan persiapan sebelum berangkat yang tidak sempurna,terutama dalam proses pelatihan.Jadi, jika BLKLN kategori buruk tersebut tidak membenahi diri, dianggap mereka tidak serius melatih para calon TKI untuk bekerja ke luar negeri. ”Kalau kerja di dalam negeri,ya tidak apa-apa,”ujarnya.

Sementara itu, Deputi Bidang Penempatan BNP2TKI Ade Adam Noch menambahkan, bila dalam batas waktu tersebut terhitung 15 Januari 2008–15 Juli 2008,BLKLN tersebut tidak melakukan pembenahan, BNP2TKI akan mengeluarkan BLKLN tersebut dari daftar yang direkomendasikan dapat melaksanakan pelatihan TKI ke luar negeri.
”Pelatihan yang sedang berlangsung dan dimulai sebelum 15 Januari 2008 tetap dapat berlangsung. Namun,perlu uji kompetensi yang lebih ketat,”jelasnya.
Dalam rating BLKLN ada 289 item yang secara garis besar dievaluasi, yaitu sarana dan prasaran, sumber daya manusia (SDM) pengelola, program dan sistem pelatihan, serta sarana pendukung dan akomodasi. Banyaknya BLKLN yang mengirimkan TKI ke Timteng dibandingkan ke Aspac,menurut Deputi Perlindungan BNP2TKI Mardjono, hal itu hanya kebetulan semata.

Namun, faktor lainnya, ditambahkan dia,pengaruh mental pengelola BLKLN itu sendiri, yang prioritas berbisnis ketimbang melatih CTKI. ”Selain itu, adanya seleksi visa gabungan perorangan yang kurang ketat,”ungkapnya.
Anggota Komisi IX (tenaga kerja) DPR Rudianto Tjen menambahkan, faktor budaya dan bahasa juga bisa menjadi penyebabnya. ”Kalau di Malaysia,karena bahasa dan budaya yang hampir sama,jadi memudahkan TKI untuk bertanya jika tidak tahu.Sementara di Arab Saudi,hal itu sulit dilakukan karena bahasanya saja berbeda,”jelasnya.

Sweeping

Terkait banyaknya tempat penampungan TKI yang menyalahi prosedur, misal dengan menampung TKI yang berusia di bawah 17 tahun atau pelayanan yang kurang manusiawi, Mardjono mengaku BNP2TKI selalu memantau dan memeriksa rutin.
”Kami selalu melakukan pemeriksaan.Bahkan,beberapa waktu lalu kami juga melakukan sweeping beberapa tempat penampungan TKI yang menyalahi prosedur.Kalau kami menemukan lagi,akan langsung kami sweeping. Pelakunya langsung kami serahkan ke polisi untuk menjalani proses hukum,”tandasnya.
Sementara itu, Rudianto meminta pihak terkait,seperti Depnakertrans, BNP2TKI, kepolisian untuk lebih optimal lagi melakukan pengawasan tersebut. ”Ini juga menyangkut mental pegawai kita yang memprihatinkan.Karena itu, jika ditemukan pegawai dengan mental seperti itu,segera ditindak. Dalam hal ini, pemerintah harus lebih tegas lagi,”tegasnya.

Sementara, kasus penganiayaan terhadap TKI di Malaysia bertambah lagi. Munjanah, 31, seorang TKI asal Desa Segiri,Kec Pabelan, Kab Semarang, yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT), dua bulan lalu kabur dari rumah majikannya di Malaka, Malaysia.

Langkah itu terpaksa dia lakukan lantaran sudah tidak kuat lagi menahan siksaan dan perlakuan tidak manusiawi dari sang majikan perempuan.”Saya sudah tak tahan setiap hari selalu disiksa dan diperlakukan seperti binatang,” katanya saat ditemui di rumahnya, kemarin.(j erna/angga rosa)

No comments: